Selasa, 10 Juni 2014

Zaman Batu dan Logam

Zaman Batu Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar. Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan). A. CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM 1. Jenis Manusia Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo. 2. Kebudayaan Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong. a. Kebudayaan Pacitan Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara) b. Kebudayaan Ngandong Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan) # Masa Holosen Manusia prasejarah yang hidup di masa Holosen diperkirakan telah menggunakan alat abntu untuk mencari makan dan mempertahankan hidupnya dari serangan binatang buas. Alat-alat bantu ini masih sangat sederhana dan mungkin masih mendekati bentuk aslinya. Jenis alat-alat yang digunakan manusia prasejarah pada masa ini adalah: * Batu gumpal-gumpal (kerakal atau serpihan bantu besar) Ini digunakan untuk menumbuk makanan atau benda. Batuan tersebut dikenal dengan istilah core - tools * Alat-alat bantu yang terdiri dari batu, kayu, tulang, atau tanduk Alat-alat ini dibuat dengan cara dipukul-pulul untuk mendapatkan bentuk yang lebih baik. Ada sisi yang dibuat lebih tajam untuk mengiris binatang buruan. Alat ini digolongkan sebagai kapak walaupun bentuknya masih sangat sederhana. * Alat-alat bantu yang terbuat dari gumpalan batu Berbeda dengan core - tools, alat ini telah mempunyai bentuk yang lebih sempurna, lebih kecil, dan dipakai untuk pekerjaan yang lebih ringan, seperti: memotong daging dan membelah tulang. # Masa Pleistosen Manusia prasejarah diperkirakan pertama kali muncul pada masa Pleistosen ini. Pada masa ini terjadi pencairan es (glasiasi) berkali kali. Masa Pleistosen berlangsung hingga 10.000 tahun yang lalu. Bentuk tubuh manusia saat itu juga selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan alam yang terjadi. Meskipun kemampuan akal dan fisik masih terbatas, manusia prasejarah pada jaman ini harus mencari makan dengan mengandalkan kemampuan fisik dan peralatan yang masih sangat sederhana. Pada saat masa Pleistosen akhir atau disebut juga sebagai mas Holosen, banyak gletser mencair hingga permukaan laut naik. Masa Holosen dimulai sejak 10.000 tahun yang lalu hingg kini. Pada masa Holosen ini tingkat kemahiran manusia semakin berkembang. Manusia dapat dibedakan dari hewan karena memiliki akaldan berkembang secara bertahap sesuai dengan perkembangan pola pikirnya. Pada kehidupan manusia prasejarah pada masa ini mereka mulai tinggal di gua-gua, lalu mencari makan dengan cara berburu dan bercocok tanam Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni: 1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden) 2. Berburu (Food Gathering) 3. Menangkap ikan B. ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah: 1. Kapak Genggam Disebut juga dengan kapak perimbas. Alat ini berupa batu yang dibentuk menjadi semacam kapak. Teknik pembuatannya masih kasar, bagian tajam hanya pada satu sisi. Alat tersebut belum bertangkai, dan digunakan dengan cara digenggam. Tempat ditemukannya antara lain di Lahat Sumsel, Kalianda Lampung, Awangbangkal Kalsel, Cabbenge Sulsel dan trunyan Bali. Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong) Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang. 2. Kapak Perimbas Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan. 3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan. 4. Flakes Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Peninggalan Zaman Prasejarah Indonesia. Zaman Prasejarah tidak meninggalkan bukti-bukti berupa tulisan. Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu) tanah liat dan perunggu. Berikut ini peninggalan zaman prasejarah di Indonesia: Sumatralith Nama lainnya adalah Kapak genggam Sumatera. Teknik pembuatannya lebih halus dari kapak perimbas. Bagian tajam sudah di kedua sisi. Cara menggunakannya masih digenggam. Tempat ditemukannya di Lhokseumawe Aceh dan Binjai Sumut. Beliung persegi Merupakan alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk persegi empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi pangkal diikat pada tangkai, sisi depan diasah sampai tajam. Beliung persegi berukuran besar berfungsi sebagai cangkul. Sedangkan yang berukuran kecil berfungsi sebagai alat pengukir rumah atau pahat. Tempat ditemukan di Sumatera, jawa, bali, Lombok dan Sulawesi. Kapak Lonjong Merupakan alat berbentuk lonjong. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi pangkal agak runcing dan diikat pada tangkai. Sisi depan lebih melebar dan diasah sampai tajam. Alat ini digunakan untuk memotong kayu dan berburu. Ditemukan di Sulawesi, Flores, Tanimbar, maluku dan papua. Mata panah Merupakan alat berburu yang sangat urgent. Sealin untuk berburu, mata panah digunakan untuk menangkap ikan, mata panah dibuat bergerigi. Selain terbuat dari batu, mata panah juga terbuat dari tulang. Ditemukan di Gua Lawa, Gua Gede, Gua petpuruh (Jatim), Gua Cakondo, Gua Tomatoa kacicang, Gua Saripa (sulsel). Pasca masa PLeistosen dan masa Holosen, kehidupan manusia prasejarah masih memenuhi kebutuhan pangannya dengan cara berburu binatang dan mengumpulkan makanan, seperti umbi-umbian, kerang, dll. Kehidupan manusia prasejarah ini diperkirakan muncul sekitar 6.000 tahun sebelum masehi. Susunan tugas pada masa kehidupan manusia prasejarah juga telah tertata sesuai dengan jenis kelamin. Kaum pria berburu, sedangkan kaum wanita mengumpulkan makanan. Begitu pula dalam kehidupan spiritual terutama dalam upacara pemujaan arwah nenek moyang. Zaman Logam Zaman Logam di Indonesia – pada zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang ternyata lebih kuat dan lebih muda dikerjakan daripada batu. Bahan logam harus dilebur dulu sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan manusia. Oleh karena itu pada zaman logam, kebudayaan manusia sudah lebih tinggi daripada pada zaman batu. zaman ini terbagi menjadi 2 zaman yaitu:   Zaman Perunggu Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas. Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan maskawin. Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera; Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar). Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Kebudayaan Perunggu sering disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina karena disanalah Pusat Kebudayaan Perunggu. Zaman Besi Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi. Alat-alat yang ditemukan adalah Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu. Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan; Mata pisau; Mata pedang; Cangkul, dll. Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur). Kebudayaan Zaman Logam Dengan berkembangnya tingkat berpikir manusia, maka manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan. dengan adanya migrasi bangsa Deutro Melayu/Melayu muda ke Indonesia maka masyarakat prasejarah Indonesia mengenal logam perunggu dan besi secara bersamaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan Dongson. Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu dikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian, karena logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan alat yang dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak. Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu: 1. Teknik a cire perdue Caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki. 2. Teknik bivalve Caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu. Dari penjelasan di atas, diskusikanlah bersama teman-teman Anda untuk menentukan diantara 2 teknik tersebut yang lain lebih efektif dan efisien, dan kemukakan alasannya. Hasil diskusi Anda, dapat Anda tunjukkan pada Guru Bina! Untuk selanjutnya hasil terpenting kebudayaan logam/perunggu di Indonesia akan disajikan pada uraian materi berikut ini. A. Kapak Corong Pada dasarnya bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu . Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Untuk lebih memahami bentuk kapak corong, silahkan Anda amati gambar 1.10 berikut ini. Gambar 1.10. Kapak Corong Pada dasarnya bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya, salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa yang bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan. Untuk mengetahui bentuk candrosa, silahkan Anda amati gambar 1.11 berikut ini. Gambar 1.11. Berbagai Bentuk Candrosa Kalau dilihat dari bentuknya, tentu candrosa tidak berfungsi sebagai alat pertanian/ pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tAnda kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan. Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau Selayar serta Irian dekat Danau Sentani. B. Nekara Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Dari pernyataan tersebut, tentunya Anda bertanya mengapa nekara dianggap suci? Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja antara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau Selayar. Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Pada umunya nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh nekara yang ditemukan di desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng. Nekara yang ditemukan di pulau Alor selain bentuknya kecil juga ramping, disebut dengan Moko. Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin atau jujur. Gambar 1.12. Nekara & Moko Nekara yang ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan Asia, tetapiada pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan cetakan nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba, Bali. Dan cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut. Setelah pembahasan tentang kapak dan nekara, mudah-mudahan konsep pemahaman Anda tentang sejarah sebagai sebuah ilmu tentang waktu semakin jelas. Karena apa yang dihasilkan oleh masyarakat terus mengalami perkembangan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Hal ini dapat Anda ketahui melalui hasil-hasil budaya perunggu yang akan disajikan pada materi berikut ini. C. Arca perunggu Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor). Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang arca perunggu, maka amatilah gambar berikut ini. Gambar1.13. Arca Perunggu Setelah Anda mengamati gambar 1.13, coba Anda bandingkan arca perunggu tersebut dengan liontin kalung pada masa sekarang. Zaman besi Pada zaman besi ini, manusia telah mampu melebur bijih besi. Hasil peleburan itu kemudian ditempa menjadi alat-alat yang diperlukan. Peleburan besi memerlukan panas yang jauh lebih tinggi dari peleburan tembaga dan perunggu. Penempaannya pun memerlukan keahlian khusus. Teknik pembuatan yang semakin rumit ini memperlihatkan betapa peralatan dari zaman besi ini sudah jauh lebih sempurna dibandingkan dengan peralatan-peralatan pada zaman sebelumnya.   Benda sejarah yang terbuat dari besi di Indonesia : Teknologi pengolahan logam adalah merupakan kunci dasar dari pemgembangan teknologi modern, teknik, dan manufaktur. Disamping plastik dan kaca. Karena metalurgy adalah termasuk dalam ilmu bahan/material yang merupakan dasar dalam segala hal mengenai teknologi dan industri. Teknologi logam (metalurgy) adalah titik awal catatan sejarah modern, sedangkan zaman prasejarah hanya ditandai dengan pengelolahan kayu, batu, dan tanah dibakar (keramik & tembikar). Dimulai dari zaman tembaga, emas dan perak, kemudian mulai mengelolah besi, kemudian manusia mampu mengelolah logam-logam yang lainnya. Sedangkan di zaman modern, perkembangan pengelolahan kayu dan batu/tanah, berkembang menjadi kertas, playwood, plastik, dan kaca. Teknik yang digunakan pada zaman besi untuk bumuat senjata atau barang lain. Acire perdue dan Bivalve. Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam : Bivalve : pembuatan alat logam dengan cetakan yang terdiri dari batu Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue) Teknik a cire perdue adalah teknik untuk membuat benda perunggu yang bentuk danhiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali denganmembuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanahliat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehinggaperunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecahsehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan. Disamping teknik cor ada jugateknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak,dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, sepertikeris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinancor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinanperak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana danMojokerto.Atau Teknik a Cire Perdue adalah cara membuat barang barangdari logam denganterlebih dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yangdibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan.Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu,tanah liat, dan sebagainya.Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakanitu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu. pembuatan alat logam dengan cetakan lilin dan tanah liat, tanah lunak. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Gambar Teknik a cire perdue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar